Bisnis Tiket

BIRO TIKET PESAWAT ONLINE

Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

Rekan Netter ...

Prospek Bisnis online di bidang penjualan tiket pesawat masih sangat besar peluangnya, selama perusahaan penerbangan masih ada dan dunia pariwisata terus berkembang, bisnis tiket tiket pesawat masih layak untuk dipertimbangkan, hal yang perlu diperhatikan adalah menjamurnya pusat penjualan tiket dimana – mana, sehingga daya saing semakin tinggi, perlu suatu terobosan yang inovatif agar tetap bersaing sehat. Ini lah yang menjadi pertimbangan birotiket.com sehingga membuka peluang bisnis online menjadi biro tiket pesawat secara online dengan modal sedikit tetapi hasil yang sangat luar biasa..

KEUNTUNGAN APA SAJA YANG AKAN ANDA DAPATKAN ?

1. Proses reservasi / booking bisa dilakukan darimana saja dan kapan saja di seluruh wilayah Indonesia.

2. Data yang transparan langsung dari airline.

3. Proses reservasi langsung dilakukan dari sistem airline.

4. Anda bisa mencetak sendiri tiket anda dan penumpang anda bisa langsung terbang.

5. Pembayaran melalui transfer bank sehingga bisa lebih cepat dan akurat.

6. Anda bisa menjual kembali tiket tersebut kepada orang lain dengan harga pasar.

Selain beberapa keuntungan di atas, masih banyak lagi keuntungan yang akan anda dapatkan jika bergabung bersama kami, selengkapnya silahkan klik disini

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Bergabung? silahkan klik disini


Kamis, 03 Maret 2011

Setiap Perbuatan Baik Merupakan SHODAQOH


Assalammu'alaikum Warohmatullohi wabarokatuh


Untuk penjelasan Hadits saat ini, akan di syarah oleh 4 Ulama, yaitu :

1. Penjelasan IMAM AN-NAWAWI Rohimahulloh

2. Penjelasan IMAM IBNU DAQIQIL 'IED Rohimahulloh

3. Ringkasan Penjelasan SYAIKH SHOLIH ALU SYAIKH Hafidzhulloh

4. Penjelasan SYAIKH NAZHIM BIN Muhammad SULTON
(tapi hanya pada penggal pertama dari hadist ini)

Demikian semoga lebih menambah faedah dan semoga bermanfaat.


الحــديث السادس والعشرون


HADITS KEDUAPULUH ENAM


Setiap Perbuatan Baik Merupakan SHODAQOH


 


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ


[رواه البخاري ومسلم]


 
Terjemah hadits /
ترجمة الحديث :
 
Dari Abu Hurairah rodhiallohu 'anhu dia berkata: Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam bersabda :,

"Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari selagi matahari masih terbit.

- Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah,
- menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan (adalah sedekah) dan atau
- mengangkatkan barang bawaan ke atas kendaraannya merupakan sedekah,
- kata-kata yang baik adalah sedekah,
- setiap langkah kaki yang engkau ayunkan menuju ke masjid adalah sedekah dan
- menyingkirkan aral (rintangan, ranting, paku, kayu, atau sesuatu yang mengganggu) dari jalan juga merupakan sedekah."


[Bukhari no. 2989, Muslim no. 1009]


 
2. PENJELASAN IMAM AN-NAWAWI Rohimahulloh

Pelajaran yang terdapat dalam hadits /
الفوائد من الحديث  :
1.     Bersyukur kepada Allah ta'ala setiap hari atas kesehatan anggota badan.

2.     Allah telah menjadikan -sebagai rasa syukur terhadap ni'mat-Nya- setiap anggota badan untuk menolong hamba-hamba Allah ta'ala, bersedekah kepada mereka dengan menggunakannya sesuai kemaslahatannya.

3.     Temasuk sedekah adalah : Menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang lain, justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.

4.     Jasad harus dikeluarkan zakatnya sebagaimana harta ada zakatnya. Zakat badan adalah melakukan perbuatan baik, bersedekah dan pintu-pintunya banyak.

5.     Anjuran untuk mendamaikan kedua belah fihak, tolong menolong, mengucapkan kalimat yang baik, berjalan menuju shalat dan menyingkirkan penghalang dari shalat.

6.     Anjuran untuk membersihkan sarana-sarana umum.

7.     Anjuran untuk melakukan keadilan, karena dengan keadilanlah ditegakkan langit dan bumi.


( Sumber :
Syarhul Arba'iina Hadiitsan An Nawawiyah )



2. PENJELASAN IMAM IBNU DAQIQIL 'IED Rohimahulloh

Dalam shahih Muslim disebut jumlah anggota badan ada tiga ratus enam puluh. Qadhi 'Iyadh berkata : "Pada asalnya kata "sulaama" bermakna tulang, telapak tangan, jari-jari dan kaki, kemudian kata tersebut biasa dipakai dengan arti seluruh anggota badan".

Sebagian ulama berkata : "Yang dimaksud di sini adalah shadaqah anjuran atau peringatan, bukan berarti shadaqah yang wajib. Sabda beliau "kamu mendamaikan antara dua orang (yang berselisih) adalah shadaqah" yaitu mendamaikan keduanya secara adil.

Pada Hadits lain riwayat Muslim disebutkan :
"Setiap anggota badan dari seseorang di antara kamu dapat berbuat shadaqah. Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, amar ma'ruf adalah shadaqah, tetapi semuanya itu bisa dicukupkan dengan (melakukan) dua raka'at shalat Dhuha".

Maksudnya, semua shadaqah yang dilakukan oleh anggota badan tersebut dapat diganti dengan dua raka'at shalat Dhuha, karena shalat merupakan kerja dari semua anggota badan. Jika seseorang shalat, maka seluruh anggota badannya menjalankan fungsinya masing-masing.

Wallahu a'lam.


( Sumber :
Syarhul Arba'iina Hadiitsan Ibnu Daqiqil 'ied )



3. Ringkasan PENJELASAN SYAIKH SHOLIH ALU SYAIKH Hafidzhulloh

MENSYUKURI NIKMAT
Hadits ini sebagai perincian dari hadits ke-dua puluh lima. Bershodaqoh adalah wujud dari mensyukuri nikmat. Seluruh anggota badan harus menunaikan syukur.

Mensyukuri nikmat ada dua macam, wajib dan sunnah. Syukur yang wajib yaitu setiap hari menggunakan seluruh anggota badan untuk menunaikan kewajiban, dan tidak digunakan untuk yang haram. Syukur yang sunnah yaitu melaksanakan hal-hal yang sunnah setelah yang wajib. Syukur yang sunnah bisa diwakili hanya dengan mengerjakan sholat dhuha dua rakaat.
Sumber: Ringkasan Syarah Arba'in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh -
http://muslim.or.id
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma'had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)


4. PENJELASAN SYAIKH NADZHIM BIN MUHAMMAD SULTHON

Kedudukan Hadits Ini
Di antara yang diserukan oleh agama Islam adalah berkumpulnya kalimat dan bersatunya hati di atas Al-Haq dan rasa cinta, maka hadits ini mempunyai kedudukan yang tinggi dan begitu pentingnya dalam hal menyerukan kepada sebab-sebab terwujudnya persatuan dan rasa cinta.
Hadits ini menerangkan tentang mendamaikan dua orang yang berselisih, tolong menolong dalam perkara agama dan dunia, menjaga lisan kecuali dari perkataan yang baik, melangkahkan kaki menuju masjid untuk shalat berjama'ah, dan menghilangkan gangguan dari jalan.

Perhatikanlah Diri-Diri Kalian!

Sabda beliau, "Setiap persendian", yang dimaksudkan adalah seluruh tulang dan persendian yang ada pada manusia, yang manusia tersusun darinya.
Susunan tubuh manusia yang berupa persendian-persendian ini termasuk nikmat Allah yang paling besar yang telah Allah berikan kepadanya, sebagaimana hal ini menunjukkan atas kekuasaan Allah dan keagungan-Nya, yang telah menciptakan manusia dengan bentuk seperti ini yang begitu teratur susunannya, indah bentuknya dan lentur keadaannya (elastis/mudah digerakkan), dan tidak ada yang mengetahui betapa besarnya nikmat ini dan keutamaannya kecuali orang yang telah kehilangan nikmat tersebut.

Bersyukur kepada Allah atas Nikmat-Nikmat-Nya

Bentuk manusia dan susunan persendiannya yang begitu teratur, indah dan elastis termasuk nikmat Allah yang terbesar terhadap Bani Adam, yang tentunya setiap persendian tersebut butuh untuk disyukuri.
Sungguh Allah telah menyebutkan kepada kita akan nikmat ini dalam banyak ayat-Nya di dalam kitab-Nya, Allah Ta'ala berfirman yang artinya,
"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu."
(Al-Infithaar:7-9)
"Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati, agar kalian bersyukur."
(An-Nahl:78)
"Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir."
(Al-Balad:8-9)

Syukur Ada Dua Macam

Allah 'Azza wa Jalla telah memerintahkan kepada kita agar bersyukur terhadap nikmat-nikmat-Nya, Allah berfirman,

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَلاً طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

"Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepada kalian; dan syukurilah nikmat Allah jika kalian hanya kepada-Nya saja beribadah." (An-Nahl:114)
Allah berfirman yang artinya,
"Dan bersyukurlah kepada-Nya."
(Al-'Ankabuut:17)
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kalian beribadah."
(Al-Baqarah:172)
Adapun bersyukur kepada Allah ada dua macam,
1. Syukur yang wajib,
siapa saja yang tidak melaksanakannya maka dia berdosa, yaitu melaksanakan seluruh kewajiban-kewajiban baik yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan ataupun harta, dan meninggalkan seluruh apa-apa yang Allah haramkan, maka barangsiapa yang melaksanakan semuanya ini maka berarti dia telah bersyukur kepada Allah 'Azza wa Jalla atas nikmat kesehatan, bentuk tubuh, persendian, anggota badan dan yang lainnya dari kenikmatan-kenikmatan yang zhahir ataupun yang bathin.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tahanlah dirimu dari (melakukan) kejelekan, karena hal itu termasuk shadaqah!" (HR. Al-Bukhariy no.6022 dan Muslim no.1008 dari Sa'id bin Abi Burdah dari bapaknya dari kakeknya). Maka barangsiapa yang meninggalkan kejelekan (dari melakukan yang haram dan meninggalkan kewajiban) maka sungguh dia telah bersyukur. Bahkan sebagian 'ulama Salaf mengatakan, "Syukur adalah meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan."
2. Syukur yang sunnah,
yaitu seorang hamba melaksanakan lebih banyak dari apa yang Allah wajibkan atasnya, seperti bershadaqah dengan shadaqah yang sunnah, bersungguh-sungguh dalam melaksanakan shalat-shalat sunnah rawatib, melaksanakan 'umrah, dan melaksanakan sunnah-sunnah lainnya yang telah dijelaskan oleh syari'at sesuai dengan kemampuannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah tauladan dalam masalah ini, demikian juga para shahabat beliau. Bahkan ada salah seorang di antara mereka dalam satu hari melaksanakan beberapa amalan sunnah, yang tidak mampu dilakukan oleh kebanyakan orang, dia berpuasa, bershadaqah, mengikuti jenazah dan menjenguk orang sakit, semuanya ini dia lakukan dalam satu hari, hal ini sebagaimana dilakukan oleh Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu.

Mendamaikan di antara Manusia yang Berselisih

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Mendamaikan antara dua orang (yang berselisih) adalah shadaqah", ini termasuk shadaqah yang mempunyai keutamaan yang besar, karena kebaikannya dan manfaatnya akan dirasakan oleh yang lainnya, dan dengan adanya perdamaian akan bersatulah masyarakat sehingga jadilah masyarakat tersebut seperti satu jasad yang sehat.
Terdapat nash-nash yang sangat banyak yang menganjurkan perbuatan ini (mendamaikan manusia yang berselisih) yang mesti disebutkan dan dijelaskan karena sebagian manusia meremehkan permasalahan mendamaikan di antara kaum muslimin ketika terjadi perselisihan dan persengketaan.
Allah berfirman yang artinya,
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shadaqah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar."
(An-Nisaa`:114)
Ayat ini menunjukkan bahwasanya tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan manusia kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) untuk bershadaqah atau berbuat yang ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia pada perkara-perkara yang terjadi perselisihan dan pengakuan padanya, dan barangsiapa yang melakukan hal ini dalam rangka mengharapkan Wajah Allah, maka Allah sediakan baginya pahala yang besar.
Mengadakan perdamaian di antara para hamba merupakan suatu amalan pendekatan diri kepada Allah yang dengannya orang-orang yang bertaqwa mendekatkan diri kepada-Nya, maka di manakah orang-orang yang bersemangat untuk mendapatkan pahala yang besar ini?
Allah berfirman,

وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ خَيْرٌ

"Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)." (An-Nisaa`:128)
Ayat ini menunjukkan bahwa perdamaian di antara suami-istri adalah lebih baik daripada perceraian, karena perceraian itu mengakibatkan kemudharatan yang sangat banyak, karena itulah maka boleh bagi seorang istri untuk melepaskan haknya atau sebagian haknya dari nafaqah (belanja) atau hak-hak yang lainnya apabila dikhawatirkan suaminya lari darinya atau berpaling darinya, dan hendaklah seorang suami menerimanya.
Allah berfirman yang artinya,
"Sebab itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesama kalian."
(Al-Anfaal:1)
Ayat ini memerintahkan untuk melakukan perdamaian di antara kaum muslimin yang berselisih dan melarang saling berbuat zhalim, berselisih dan bersengketa.
Allah berfirman yang artinya,
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
(Al-Hujuraat:9)
Ayat ini menerangkan tentang perintah untuk mendamaikan di antara kaum muslimin ketika terjadi perselisihan dan peperangan.
Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu bahwasanya pada suatu hari Rasulullah berkhuthbah di atas mimbar dan bersama beliau ada Al-Hasan bin 'Ali (cucu beliau), maka sekali waktu beliau memandang kepadanya dan kali yang lain beliau memandang kepada manusia, lalu beliau bersabda,

إِنَّ ابْنِيْ هَذَا سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيْمَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

"Sesungguhnya anakku ini adalah pemimpin, dan semoga Allah mendamaikan di antara dua pasukan besar dari kaum muslimin dengan perantaraannya." (HR. Al-Bukhariy Kitaabu Ash-haabin Nabiy 4/216)
Dan terbuktilah apa yang beliau sabdakan, maka Allah mendamaikan melalui perantaraannya antara penduduk 'Iraq dan Syam setelah terjadi peperangan yang sangat panjang.
Di dalam hadits ini terdapat isyarat yang agung dalam masalah anjuran untuk mendamaikan di antara kaum muslimin walaupun seseorang harus melepaskan sebagian hak-haknya, karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memuji Al-Hasan radhiyallahu 'anhu yang telah menyerahkan kekhilafahannya kepada Mu'awiyah sehingga terjadilah perdamaian di antara kaum muslimin dan bahkan para 'ulama menyatakan bahwa setelah perdamaian itu terjadilah apa yang dinamakan dengan 'aamul jamaa'ah (tahun persatuan).
Dari 'A`isyah radhiyallaahu 'anhaa, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar suara perselisihan dua orang di depan pintu yang tinggi suara keduanya, salah satu dari keduanya meminta kepada yang lainnya agar membebaskan sebagian hutangnya dan bersikap lembut, akan tetapi orang yang diminta tersebut berkata, "Demi Allah, saya tidak akan melakukannya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju kepada dua orang tersebut seraya bersabda, "Siapa yang bersumpah atas nama Allah bahwa dia tidak akan berbuat kebaikan?" Maka dia menjawab, "Saya Ya Rasulullah." Maka Rasulullah menganjurkan kepadanya agar melakukan salah satu dari yang paling dia sukai. (Yakni kalaulah dia tidak mau membebaskan sebagian hutang temannya tersebut maka hendaklah dia bersikap lembut dan jangan berkata yang kasar, pent.). (HR. Al-Bukhariy no.2705 dan Muslim no.1557)
Yang menjadi dalil dalam hadits ini adalah keluarnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mendamaikan keduanya, dan perbuatan beliau menunjukkan atas perkara yang dianjurkan.
Berkata Al-Imam Al-Bukhariy di dalam Shahiih-nya, "Bab Ucapan Imam kepada shahabat-shahabatnya: Pergilah kalian bersama kami untuk mengadakan perdamaian", kemudian dia membawakan riwayat berikut: Dari Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu, bahwasanya penduduk Quba` berperang sampai mereka saling melempar dengan batu, maka hal ini pun dikhabarkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau bersabda, "Pergilah kalian bersama kami untuk mendamaikan mereka."
Dari Ummu Kultsum bintu 'Uqbah bin Abi Mu'aith radhiyallaahu 'anhaa berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bukanlah dikatakan berdusta orang yang mendamaikan di antara manusia lalu mengatakan perkataaan yang baik untuk tujuan mendamaikan (walaupun perkataan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan)." (HR. Al-Bukhariy no.2692 dan Muslim no.2605)
Di dalam riwayat Muslim terdapat tambahan: Dia (Ummu Kultsum) berkata, "Aku tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan keringanan pada sesuatu yang diucapkan manusia dari kedustaan kecuali pada tiga hal: pada peperangan; mendamaikan di antara manusia; dan pembicaraan seorang suami kepada istrinya dan pembicaraan seorang istri kepada suaminya."
Hadits ini menunjukkan atas disyari'atkannya mendamaikan di antara manusia, sebagaimana juga hadits ini menunjukkan atas bolehnya berdusta dengan tujuan perdamaian.
Berkata Al-Qurthubiy, "Sekelompok 'ulama berpendapat bolehnya berdusta untuk tujuan perdamaian", dan mereka menyatakan, "Dusta yang tercela itu hanyalah dalam perkara yang padanya ada kemudharatan atau yang tidak ada maslahat padanya." (Fathul Baarii 6/228)
Berkata Al-Imam Al-Bukhariy di dalam Shahiih-nya, "Bab Tidak Dinamakan Dusta Orang yang Mendamaikan di antara Manusia."

Wallaahu A'lam.

Dari Buletin Al Wala Wal Bara

Diambil dari Qawaa'id wa Fawaa`id minal Arba'iin An-Nawawiyyah hal.229-234 dengan beberapa tambahan.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar